14 Januari 2012

" Tuhan " Sembilan Senti Oleh Taufik Ismail

Indonesia adalah sorga luar biasa
ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa tak tertahankan
bagi bukan perokok,
Di sawah petani merokok,
di pabrik pekerja merokok, di kantor pegawai merokok,
di kabinet menteri merokok,
di parlemen anggota DPR merokok,
hansip-bintara-perwira nongkrong
merokok,
di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok, Indonesia adalah semacam firdaus-
jannatu- na’im
sangat ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa kubur hidup-hidup
bagi bukan perokok,
Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok,
di ruang kepala sekolah ada guru
merokok,
di kampus mahasiswa dan
dosennya merokok berjamaah,
di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya apakah ada buku
tuntunan cara merokok,
di bis kota sumpek yang berdiri yang
duduk orang bertanding merokok,
di kereta api penuh sesak orang
festival merokok, di andong Yogya kusirnya merokok,
sampai kabarnya kuda andong
minta diajari pula merokok,
Negeri kita ini sungguh nirwana
kayangan para dewa-dewa bagi
perokok, tapi tempat cobaan sangat berat
bagi orang yang tak merokok, Rokok telah menjadi dewa, berhala,
tuhan baru,
diam-diam menguasai kita,
Bayangkan isteri-isteri yang
bertahun-tahun menderita di kamar
tidur ketika melayani para suami yang
bau mulut dan hidungnya mirip
asbak rokok,
Duduk kita di tepi tempat tidur
ketika dua orang bergumul saling
menularkan HIV-AIDS sesamanya, tapi kita tidak ketularan
penyakitnya.
Duduk kita disebelah orang yang
dengan cueknya mengepulkan
asap rokok di kantor atau di stopan
bus, kita ketularan penyakitnya.
Nikotin lebih jahat penularannya
ketimbang HIV-AIDS, Indonesia adalah sorga kultur
pengembangbiakan nikotin paling
subur di dunia,
dan kita yang tak langsung
menghirup sekali pun asap
tembakau itu, bisa ketularan kena,
Di puskesmas pedesaan orang
kampung merokok,
di apotik yang antri obat merokok,
di ruang tunggu dokter pasien
merokok kadang juga bersama sang dokter,
Istirahat main tenis orang merokok,
di pinggir lapangan voli orang
merokok,
menyandang raket badminton
orang merokok, pemain bola PSSI sembunyi-
sembunyi merokok,
panitia pertandingan balap mobil,
pertandingan bulutangkis,
turnamen sepakbola
mengemis-ngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok,
Di kamar kecil sambil ‘ek-’ek orang
goblok merokok,
di dalam lift gedung 15 tingkat
dengan tak acuh orang goblok
merokok, di ruang sidang ber-AC penuh,
dengan cueknya, pakai dasi,
orang-orang goblok merokok, Indonesia adalah semacam firdaus-
jannatu- na’im sangat ramah bagi
orang perokok,
tapi tempat siksa kubur hidup-hidup
bagi bukan perokok,
Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru,
diam-diam menguasai kita,
Di sebuah ruang sidang ber-AC
penuh,
duduk sejumlah ulama terhormat
merujuk kitab kuning dan mempersiapkan
sejumlah fatwa.
Mereka ulama ahli hisap.
Haasaba, yuhaasibu, hisaaban.
Bukan ahli hisab ilmu falak,
tapi ahli hisap rokok. Di antara jari telunjuk dan jari
tengah mereka terselip berhala-
berhala kecil,
sembilan senti panjangnya,
ke mana-mana dibawa dengan
setia, satu kantong dengan kalung tasbih
99 butirnya,
Inikah gerangan pertanda
yang terbanyak kelompok ashabul
yamiin
dan yang sedikit golongan ashabus syimaal?
Mamnu’ut tadkhiin, ya ustadz.
Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz.
Kyai, ini ruangan ber-AC penuh.
Haadzihi al ghurfati malii’atun bi
mukayyafi al hawwa’i. Kalau tak tahan,
Di luar itu sajalah merokok.
Laa taqtuluu anfusakum.
Min fadhlik, ya ustadz. 25 penyakit ada dalam khamr,
maka khamr diharamkan.
15 penyakit ada dalam daging babi,
dan babi diharamkan.
4000 zat kimia beracun ada pada
sebatang rokok. Patutnya rokok diapakan ?
Tak perlu dijawab sekarang, ya
ustadz.
Wa yuharrimu ‘alayhimul khabaaith.
Mohon ini direnungkan tenang-
tenang, karena pada zaman Rasulullah
dahulu,
sudah ada alkohol, sudah ada babi,
tapi belum ada rokok.
Jadi ini PR untuk para ulama.
Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok,
Lantas hukumnya jadi dimakruh-
makruhkan.
Para ulama ahli hisap itu terkejut,
banyak yang diam-diam membunuh
tuhan-tuhan kecil yang kepalanya berapi itu,
yaitu ujung rokok mereka.
Kini mereka berfikir. Sejak tadi pagi sudah 120 orang di
Indonesia mati karena penyakit
rokok.
Korban penyakit rokok
lebih dahsyat ketimbang korban
kecelakaan lalu lintas, bencana banjir,
gempa bumi dan longsor,
cuma setingkat di bawah korban
narkoba,
Pada saat sajak ini dibacakan,
berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa di negara kita,
jutaan jumlahnya,
bersembunyi di dalam kantong baju
dan celana,
dibungkus dalam kertas berwarna-
warni, diiklankan dengan indah dan
cerdasnya,
Tidak perlu wudhu atau tayammum
menyucikan diri,
tidak perlu ruku’ dan sujud untuk
taqarrub pada tuhan-tuhan ini, karena orang akan khusyuk dan
fana
dalam nikmat lewat upacara
menyalakan api dan sesajen asap
tuhan-tuhan ini,
Rabbana, beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar